Apa Sebenarnya Prasasti Pucangan yang Mengajukan Repatriasi dari India?

Menteri Kebudayaan Indonesia, Fadli Zon, mengajukan langkah repatriasi Prasasti Pucangan dari India. Inisiatif ini diungkapkan saat pertemuan dengan Menteri Kebudayaan India, Gajendra Singh Shekhawat, dalam rangka Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 di Brasil.

Pentingnya Repatriasi

Dalam siaran pers di Jakarta, Fadli Zon menyatakan bahwa pengembalian Prasasti Pucangan merupakan langkah penting untuk memulihkan bagian dari sejarah dan identitas budaya Indonesia. Langkah ini juga menunjukkan komitmen penuh pemerintah dalam melestarikan artefak budaya bersejarah tinggi.

Dukungan dan Harapan

Fadli Zon mengusulkan agar serah terima resmi Prasasti Pucangan dilakukan saat kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India pada awal 2025, bertepatan dengan peringatan 76 tahun hubungan diplomatik keduanya. Indonesia berharap dukungan India dalam repatriasi ini sebagai simbol komitmen bersama.

Sejarah Prasasti

Prasasti Pucangan, yang juga dikenal sebagai “Airlangga Stone” atau “Calcutta Stone”, berasal dari abad ke-11 dan diperintahkan oleh Raja Airlangga dari Medang-Kahuripan, Pulau Jawa. Prasasti ini mengisahkan peristiwa penting seputar pemerintahan dan tatanan politik pada masa itu. Ditemukan di Gunung Penanggungan, Jawa Timur, prasasti tersebut berada di Indian Museum, Kolkata, setelah dikirimkan ke India oleh Letnan Gubernur Inggris, Stamford Raffles, pada awal abad ke-19.

Dukungan Sebelumnya

Rencana repatriasi ini sejalan dengan prinsip-prinsip dalam Kashi Culture Pathway yang disepakati dalam pertemuan sebelumnya. Langkah ini juga didukung oleh kesepakatan sebelumnya antara Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, dan Kementerian Kebudayaan India. Selain repatriasi, kedua negara juga sepakat untuk memperkuat kerja sama dalam berbagai bidang kebudayaan.